Rabu, 13 Agustus 2014

Daerah Ku


   Seni Budaya

Suatu unsur budaya yang tidak pernah lesu di kalangan masyarakat Gayo adalah kesenian, yang hampir tidak pernah mengalami kemandekan bahkan cenderung berkembang. Bentuk kesenian Gayo yang terkenal, antara lain tari saman dan seni bertutur yang disebut didong. Selain untuk hiburan dan rekreasi, bentuk-bentuk kesenian ini mempunyai fungsi ritual, pendidikan, penerangan, sekaligus sebagai sarana untuk mempertahankan keseimbangan dan struktur sosial masyarakat. Di samping itu ada pula bentuk kesenian Seperti: Tari bines, Tari Guel, Tari munalu, sebuku (pepongoten), guru didong, dan melengkan (seni berpidato berdasarkan adat), yang juga tidak terlupakan dari masa ke masa, Karena Orang Gayo kaya akan seni budaya.
Dalam seluruh segi kehidupan, orang Gayo memiliki dan membudayakan sejumlah nilai budaya sebagai acuan tingkah laku untuk mencapai ketertiban, disiplin, kesetiakawanan, gotong royong, dan rajin (mutentu). Pengalaman nilai budaya ini dipacu oleh suatu nilai yang disebut bersikemelen, yaitu persaingan yang mewujudkan suatu nilai dasar mengenai harga diri (mukemel). Nilai-nilai ini diwujudkan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti dalam bidang ekonomi, kesenian, kekerabatan, dan pendidikan. Sumber dari nilai-nilai tersebut adalah agama Islam serta adat setempat yang dianut oleh seluruh masyarakat Gayo.

Berikut nama-nama kesenian yang ada di suku Gayo :
Ø  Didong
        Ada banyak kesenian adat suku Gayo, salah satunya adalah Didong, yaitu suatu kesenian yang memadukan unsur tari, vokal, dan sastra. Didong dimulai sejak zaman Reze Linge XIII. Kesenian ini diperkenalkan pertama kali oleh Abdul Kadir To’et. Ada yang berpendapat bahwa kata “didong“ mendekati pengertian kata “denang“ atau “donang” yang artinya “nyanyian sambil bekerja atau untuk menghibur hati atau bersama-sama dengan bunyi -bunyian”. Dan ada pula yang berpendapat bahwa Didong berasal dari kata “din” dan “dong”. “din” berarti agama dan “dong” berarti dakwah. Pada awalnya didong digunakan sebagai sarana bagi penyebaran agama islam melalui media syair. Para ceh didong (seniman didong) tidak semata-menyampaikan tutur kepada penonton yang dibalut dengan nilai-nilai estetika, melainkan didalamnya bertujuan agar masyarakat pendengarnya dapat memaknai hidup sesuai dengan realitas akan kehidupan para Nabi dan tokoh yang seuai dengan Islam. Dalam Didong ada nilai-nilai religius, nilai-nilai keindahan, nilai-nilai kebersamaan dan lain sebagainya. Jadi, dalam ber-didong para ceh tidak hanya dituntut untuk mampu mengenal cerita-cerita religius tetapi juga bersyair, memiliki suara yang merdu serta berprilaku baik. Kesimpulanya, seorang ceh adalah seorang seniman sejati yang memiliki kelebihandisegala aspek yang berkaitan dengan fungsinya untuk menyebarkan ajaran Islam. Didong waktu itu selalu dipentaskan pada hari-hari besar Agama Islam.

                                            

Ø  Didong Niet
Ø  Tuak Kukur
Ø  Melengkan
Ø  Dabus
Ø  Tari Bines
Ø  Tari Guel
Ø  Tari Munalo
    Gambar di bawah ini sejumlah Beberu (Gadis-Gadis) Gayo sedang menggerakkan Tarian Munalo pada suatu acara perwakinan (Mungerje) di Takengon, Kabupaten Aceh Tengah. Tari Munalo merupakan tarian khas masyarakat Gayo yang ditampilkan pada saat menerima tamu-tamu penting.

                                           


Ø  Tari Sining
Ø  Tari Turun Ku Aih Aunen
Ø  Tari Resam Berume

Ø  Tari Saman 
        Tarian ini mencerminkan budaya Gayo yang sangat kuat menganut agamanya dari gerak dan lirik lagu yang diucapkan oleh para penarinya. Jumlah tari Saman selalu ganjil dan pada awalnya tarian ini hanya dilakukan oleh laki-laki. Namun kini banyak juga wanita yang menekuni kesenian ini. Tari Saman dilakukan dalam formasi duduk berjejer rapat disertai gerakan dinamis tangan dan kepala dan diikuti gerakan membungkuk sesekali.  Gerakan tari Saman yang sederhana dan dinamisinilah yang digemari oleh para penikmat seni.  Masyarakat Gayo hidup dalam kelompok kecil yang disebut kampong. Sebuah kampung dihuni oleh beberapa kelompok clan berdasarkan prinsip patrilineal. Bentuk kesenian Gayo sendiri menjadi daya tarik tersendiri sehingga anda tidak hanya dapat menikmati Tari Saman tapi juga kesenian didong yang menggabungkan hiburan, rekreasi dan seni.


            
                                     Gambar: Tari Saman oleh wanita                                    Gambar: Tari Saman oleh Pria


Berikut dibawah ini beberapa kesenian musik suku Gayo :
-          Canang Gayo
Canang Gayo merupkan alat musik tradisional mirip gong yang dibunyikan dengan cara dipukul berirama. Canang Gayo dimainkan pada acara perkawinan (Mungerje) dan upacara adat lainnya. Sejumlah wanita Gayo sedang memukul Canang di Kampung Serule, Kecamatan Bintang, Kabupaten Aceh Tengah.

                                
  
-          Musik Teganing
Alat Teganing merupakan alat musik pukul berasal dari Suku Gayo, Kabupaten Aceh Tengah. Alat musik tradisional ini terbuat dari bambu dimainkan dengan cara memukul pada tali senarnya secara berirama. Bunyi-bunyian alat musik perkusi ini biasanya diringi dengan alunan suara Didong (Seni Tutur Bahasa Gayo) dan Jangen Gayo.

                                        


Masakan Khas

Ø  Masam Jaeng
Ø  Gutel
Ø  Lepat
Lepat memang banyak ditemui di tiap kuliner nusantara ini. Contohnya di Suku gayo, mereka mengenal Lepat. Sedangkan suku Batak Toba mengenalnya dengan nama Lapet, sedangkan di Suku Jawa dikenal dengan nama Lemet. Banyak istilah, tetap sama jenis makanannya.

Ø  Pulut Bekuah
Ø  Cecah
Ø  Pengat

 Acara Adat Pernikahan 
        Tradisi pembasuhan kaki pengantin pria dalam perkawinan masyarakat Gayo Tidak dilakukan oleh pengantin wanita, tetapi oleh adik perempuan pengantin wanita. Secara garis besar, kebudayaan Gayo, terdiri dari beberapa unsur yaitu kebudayaan Gayo Lues, yang berpusat disekitar Aceh Tenggara, kebudayaan Gayo Serbejadi di kawasan Aceh Timur, kebudayaan Gayo Linge dan kebudayaan Lut di Aceh Tengah. Setiap unsur kebudayaan dari tiap suku bangsa tersebut tentu saja memiliki keunikan dan kekayaan tradisi masing – masing dimana di dalamnya juga terkandung nilai – nilai luhur untuk kemuliaan hidup. Tak terkecuali kebudayaan masyarakat Gayo yang berada di sekitar kawasan Takengon Aceh Tengah ( Gayo Lut ) saat mempersiapkan sebuah hajat besar seperti upacara perkawinan yang harus melewati beberapa tahapan adat, yang tiap tahapannya tersimpan makna yang sakral untuk kebahagiaan hidup rumah tangga pasangan pengantin. Berikut adalah beberapa tahapan singkat  prosesi upacara perkawinan masyarakat suku gayo :

·         Risik Kono ( Perkenalan Keluarga ) 
          Acara ini merupakan ajang perkenalan keluarga calon pengantin. Orang tua pengantin pria, biasanya di wakilkan oleh ibunya, akan menyampaikan maksud dan tujuan kedatangan mereka untuk berbesan dengan orang tua pengantin wanita. Biasanya acara akan di mulai dengan ramah tamah serta senda gurau sebagai awal perkenalan dan barulah selanjutnya mengarah pada pembicaraan seriuz mengenai kemungkinan kedua keluarga ini bisa saling berbesan.

·         Munginte ( Meminang / Melamar ) 
          Tahapan peminangan ini tidak dilakukan oleh orang tua pengantin pria secara langsung tetapi diwakilkan oleh utusan yang disebut telangkai atau telangke. Biasanya mereka terdiri dari tiga atau lima pasang suami – istri yang masih berkerabat dekat dengan orang tua pengantin pria.
Dalam acara ini yang banyak berperan adalah kaum ibu. Mereka datang sambil membawa bawaan yang antara lain berisi beras, tempat sirih lengkap dengan isinya, sejumlah uang, jarum dan benang. Barang bawaan ini disebut Penampong ni kuyu yang bermakna sebagai tanda pengikat agar keluarga pengantin wanita tidak menerima lamaran dari pihak lain.
            Selanjutnya barang bawaan ini diserahkan dan ditinggal di rumah pengantin wanita sampai ada kepastian bahwa lamaran tersebut diterima atau tidak. Keluarga pengantin wanita diberi waktu sekitar 2-3 hari untuk memutuskan hal tersebut. Dalam waktu tersebut biasanya keluarga pengantin wanita akan mencari sebanyak mungkin tentang informasi calon pengantin pria mulai dari bagaimana pribadinya, pendidikannya, agama, tingkah laku samapi ke soal bibit, bobot dan bebetnya. Jika lamaran diterima maka barang bawaan tersebut tidak dikembalikan lagi tetapi sebaliknya jika tidak, maka Penampong kayu akan dikembalikan pada pengantin pria lagi.
          Setelah mendapat kepastian lamaran diterima selanjutnya akan dilakukan pembicaraan antara dua pihak keluarga mengenai kewajiban apa saja yang harus dipenuhi oleh keluarga masing – masing, termasuk membicarakan mengenai barang dan jumlah uang yang diminta oleh keluarga penganti wanita yang disebut sebagai acara Muno sah nemah ( Menetapkan bawaan ), Dalam pembicaraan ini keluarga pengantin pria akan diwakili oleh talangke yang harus pandai melakukan tawar menawar atau negosiasi dengan keluarga pengantin wanita. Sementara untuk mahar yang menentuakan adalah calon mempelai wanita sendiri dan mahar yang diminta tidak boleh ditawar lagi.

Turun Caram ( Mengantar Uang ) 
        Acara mengantar uang ini biasa dilakukan pada saat matahari mulai naik antara pukul 09.00 – 12.00 dengan harapan agar nantinya kehidupan rumah tangga pasangan pengantin ini, termasuk rezekinya akan selamanya bersinar.

Segenap dan Begenap ( Musyawarah dan Keluarga ) 
     Dalam acara ini akan dilakukan pembagian tugas saat acara pernikahan berlangsung. Yang mendapat tugas melakukan berbagai persiapan pesta perkawinan adalah para kerabat serta tetangga dekat. Acara akan berlangsung pada malam hari.
        Pada malam begenap acara akan dibagi menjadi dua kelompok yaitu kelompok orang tua yang akan membicarakan mengenai tata cara serah terima calon pengantin kepada Imam ( Pemuka Agama ) sementara kelompok kedua yaitu para muda – mudi yang berkelompok membuat kue onde – onde untuk disantap bersama – sama. Setelah itu datanglah utusan dari kelompok orang tua ke kelompok anak muda tersebut sambil membawa batil ( cerana ) lalu mereka makan sirih bersama sebagai tanda permintaan orang tua pengantin wanita agar muda mudi itu rela melepas salah satu teman mereka untuk menikah.


Beguru ( Pemberian Nasihat ) 
      Acara ini didiadakan sesudah acara malam begenap yaitu pada pagi hari sesudah salat subuh. Beguru artinya belajar, dimana calon pengantin akan diberi berbagai nasehat dan petunjuk tentang bagaimana nantinya mereka bersikap dan berprilaku dalam membina rumah tangga. Acara beguru di rumah calon mempelai wanita ini biasanya akan diiringi juga dengan acara bersebuku ( meretap ) yaitu pengantin wanita melakukan sungkeman kapada kedua orang tuanya untuk memohaon restu dan doa.

Jege Uce ( Berjaga – jaga ) 
       Acara ini dilaksanakan menjelang hari pernikahan. Disini para kerabat dan tetangga dekat akan berjaga – jaga sepanjang malam dengan melakukan berbagai kegiatan adat seperti acara guru didong ( berbalas pantun ) serta tari tarian. Pada malam itu calon pengantin wanita akan diberi inai oleh pihak ralik ( keluarga pengantin wanita ).

Belulut dan Bekune ( Mandi dan Kerikan ) 
      Dahi, pipi dan tengkuk calon pengantin wanita akan dikerik oleh juru rias atau wakil keluarga ibunya yang paling dekat setelah sebelumnya dilakukan acara mandi bersama di kediaman masing – masing yang disebuat acara belulut. Bekas bulu – bulu halus kerikan tadi selanjutnya akan ditaruh dalam sebuah wadah berisi air bersih dan dicampurkan dengan irisan jeruk purut untuk ditanam. Dipercayai nantinya rambut pengantin akan tumbuh subur dan lebat.

Munalo ( Menjemput Pengantin Pria ) 
      Pada hari dan tempat yang telah disepakati rombongan pengantin wanita yang dipimpin oleh telangkai, selanjutnya disebut sebagai pihak beru, sambil menabuh canang yang dilakukan oleh para gadis bersiap menunggu kedatangan rombongan penantin pria yang disebut pihak bei. Sementara itu pengantin wanita di rumahnya telah didandani dan menanti dalam kamar pengantin. Canang akan semakin keras ditabuh dan terdengar bersahutan ketika pihak bei sudah mulai kelihatan dari kejauhan.
       Saat pihak bei telah tiba, tabuhan canang dihentikan dan pihak beru akan membuka percakapan sebagai ucapan selamat datang dan permohonan maaf jika terdapat kekurangan dalam acara penyambutan tersebut. Setelah itu dilakukan tarian guel dan sining serta saling berpantun. Disini pengantin pria akan diajak ikut menari bersama. Setelah itu calon pengantin pria diarak beramai ramai menuju kediaman pengantin wanita.

Mah Bei ( Mengarak Pengantin Pria ) 
       Sebelum rombongan pengantin pria sampai ke rumah pengantin wanita, mereka akan terlebih dahulu berhenti di rumah persinggahan yang disebut Umah selangan selama 30 – 60 menit. Ditempat ini rombongan akan menanti datangnya kiriman makanan yang dibawa oleh utusan pihak beru. Bila kiriman itu dianggap berkenan maka rombongan akan melanjutkan perjalanan menuju rumah pengantin wanita, setelah mendengar kabar bahwa kelurga pengantin wanita telah siap menerima kedatangan. Sebaliknya bla tidak berkenan maka acara bisa tertunda bahkan batal. Dalam perjalanan ini, pengantin pria diapit telangkai yang bisanya terdirri dari dua orang laki – laki yang sudah menikah. Pada acara ini orang tua mempelai pria boleh tidak mendampingi karena tugas tersebut telah diwakilkan.
      Setibanya rombongan bei di rumah pengantin wanita, tiga orang ibu akan langsung datang menyambut dan saling bertukar batil tempat sirih lalu diadakan acara basuh kidding ( cuci kaki ) di depan pintu masuk. Uniknya yang melakukan acara basuh kidding ini adalah adik perempuan pengantin wanita. Jika pengantin wanita tidak memiliki adik perempuan maka tugas ini bisa digantikan oleh anak pakciknya. Setelah itu sebagai tanda terima kasih, pengantin pria akan memberikan sejumlah uang kepada adik pengantin wanita tersebut. 
Selanjutnya pengantin pria akan melakukan acara tepung tawar yang dilakukan oleh keluarga pengantin wanita. Sambil dibimbing masuk rumah, pengantin pria akan diserahkan oleh keluarganya dan didudukkan berhadapan dengan ayah pengantin wanita untuk acara akad nikah yang disebut acara Rempele ( Penyerahan ).
        Sebelum akad nikah dimulai telah disiapkan satu gelas air putih, satu wadah kosong dan sepiring ketan kunung untuk melakukan tata acara adat. Selesai akad pengantin pria memberikan S apBatil Mangas kepada mertua laki – lakinya. Selama akad berlangsung pengantn wanita yang telah didandani tetap tinggal di dalam kamar sambil menunggu dipertemukan dengan suaminya. Acara inilah yang disebut kamar dalem.

Munenes ( Ngunduh Mantu ) 
        Acara ini sebagai simbol perpisahan antara pengantin wanita dengan orang tuanya karena telah bersuami dan akan berpisah tempat tnggal, termasuk juga sebagai acara perpisahan di masa lajang ke kehidupan berkeluarga. Pengantin wanita akan diantar ke rumah pengantin pria sambil membawa barang – barangnya dari peralatan rumah tangga sampai bekal memulai hidup baru. Setelah itu diadakan acara makan bersama. Biasanya setelah tujuh hari pengantin wanita berada di rumah pengantin pria, orang tua pengantin pria akan dating ke rumah besannya sambil membawa nasi beserta lauk pauk. Acara yang disebut Mah Kero Opat Ingi ini bertujuan untuk lebih saling mengenal antar dua keluarga yang sudah bebesan.
 

Busana Adat 
    Di masa silam orang Gayo pernah mengenal bahasa busana dari kulit kayu nanit, hasil tenunan sendiri dari bahan kapas, dan bahan kain yang didatangkan dari luar daerah Gayo. Periode pemakaian nanit sudah dari ingatan orang sekarang, yang konon dipakai pada masa-masa sulit di zaman kolonial Belanda atau masa sebelumnya. Kegiatan  bertenun pun sudah lama tak tampak dalam kehidupan mereka, kecuali pada masa pendudukan balatentara Jepang dimana kehidupan serba sulit. Busana yang diperkenalkan disini dibatasi pada busana sub klompok Gayo Lut yang berdiam di Kabupaten Aceh Tengah. Uraian tentang busana atau pakaian ini termasuk unsur perhiasan atau assesorisnya yang dikenakan dalam rangka upacara perkawinan, karena diluar diluar upacara itu tidak tampak. Adanya ciri busana Khas Gayo, lebi-lebih pada zaman masa belakangan ini.
    Unsur-unsur pakaian pengantin wanita adalah baju, kain sarung pawak, dan ikat pinggang ketawak. Unsur-unsur perhiasan adalah mahkota sunting, sanggul sempol gampang, cemara, lelayang yang menggantung dibawah sanggul, ilung-ilung, anting-anting subang gener clan subang ilang, yang semuanya itu ada di seputar kepala. Dibagian leher tergantung kalung tangang terbuat dari perak atau uang perak tangang ringgit dan tangang birah-mani, clan belgong yang merupakan untaian manik-manik. kedua lengan sampai ujung jari dihiasi dengan bermacam-macam gelang seperti ikel, gelang iok, gelang puntu, gelang berapit, gelang bulet, gelang beramur, topong, dan beberapa macam cincin sensim belah keramil, sensim genta, sensim patah paku, sensim belilit, sensim keselan, sensim kui. Bagian pinggang selain ikat pinggang dari kain katawak, masih ada tali pingang berupa rantai genit rante, clan dibagian pergelangan kaki ada gelang kaki. Unsur busana lain yang sangat penting adalah upuh ulen-ulen selendang dengan ukuran relatif lebar.

Berikut beberapa Pakaian dan Kerajinan dengan Motif khas suku Gayo :

       ( Gambar: Kiri Atas : Kain Adat, Kanan Atas: Pakaian Pengantin wanita, Kiri Bawah : Kerajinan Tas Wanita )
  Rumah Adat

        Rumah tua Umah Edet Pitu Ruang (Rumah Adat Tujuh Ruang) bukti sejarah orang Gayo tersebut letaknya di sebuah kampung pinggiran Danau Lut Tawar  tepatnya di Kampung Toweren, Kecamatan Laut Tawar Aceh Tengah, rumah itu adalah bukti sejarah yang masih ada di Dataran Tinggi Gayo yang benar-benar asli peninggalan tidak seperti rumah adat di Linge dan Mess Pitu Ruang di Kampung Kemili Takengon yang hanya copyan dari bentuk aslinya.
Luas Umah Edet Pitu Ruang itu, panjangnya 9 meter dengan lebar 12 meter. Berbenrumah panggung dengan lima anak tangga, menghadap utara. Sementara di dalamnya terdapat empat buah kamar. Selain empat kamar, ada dua lepo atau ruang bebas di arah timur dan barat. Di dinding luar rumah dihiasi atau dipercantik dengan ukiran-ukiran khas masyarakat suku Gayo yang disebut Kerawang, awalnya adalah ukiran pada rumah Adat Gayo "Pitu Ruang", yang kemudian motifnyadiadopsi kedalam barang-barang kerajinan khas Gayo. Bordir Kerawang memiliki corak yang khas, dimana mempunyai makna filosofi yang dalam dari setiap ukiran dan bentuknya.
Bordir Kerawang Gayo ini sering dipakai untuk hiasan dinding, alas meja, motif pakaian , tas dan lain sebagainya. Motif Kerawang Gayo tidak hanya diminati masyarakat lokal saja, namun daerah Aceh lainnya juga banyak mencari motif ini.

Berikut dibawah ini adalah gambar rumah adat suku Gayo :

                    

http://hermawanmukti.blogspot.com/2013/03/mengenal-suku-gayo.html


universitas



                               Tentang Universitas Muhammadiyah Malang
Universitas Muhammadiyah Malang menjadi satu-satunya perguruan tinggi di Jawa Timur yang mendapat peringkat A akreditasi institusi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT) Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2013.

Kepala Bagian Hubungan Masyarakat UMM, Nasrullah, mengatakan, pada 2012, tidak ada satu pun dari 14 perguruan tinggi yang mendapat sertifikat akreditasi A. Pada tahun ini, sebanyak 28 perguruan tinggi dinilai BAN-PT dan UMM mendapat peringkat atau nilai A bersama tujuh perguruan tinggi lain. Semua peringkat akreditasi berlaku lima tahun dari 2013 sampai 2018.
Dari delapan perguruan tinggi peraih peringkat A, lima di antaranya perguruan tinggi negeri (Institut Teknologi Bandung, Institut Pertanian Bogor, Universitas Gadjah Mada, Universitas Indonesia, dan Universitas Hasanuddin). Sedangkan dua perguruan tinggi swasta lagi selain UMM adalah Universitas Muhammadiyah Yogyakarta dan Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta. Perguruan tinggi di Malang yang lebih dulu mendapat peringkat A akreditasi adalah Universitas Brawijaya.
"Alhamdulillah, peringkat atau nilai A dari akreditasi institusi ini membuat kami bangga sekaligus menjadi tantangan besar agar kami bisa mempertahankan sekaligus terus meningkatkan kualitas pendidikan. Sebelumnya, kami dapat peringkat B selama lima tahun," kata Nasrullah, Rabu, 6 Maret 2013.
Menurut dosen komunikasi ini, akreditasi terhadap UMM berlangsung pada 13-15 Desember 2012, diawali dengan pengumpulan Borang Akreditasi dan Laporan Evaluasi Diri, disusul pelaksanaan desk evaluation dan penilaian lapang (site visit) oleh empat asesor dari BAN.

Hasilnya, UMM mendapat nilai akhir 364 dengan peringkat A seperti tertera dalam Surat Keputusan dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 074/SK/BAN-PT/Ak-IV/PT/II/2013 tanggal 21 Februari 2013, yang diteken Ketua BAN-PT Mansur Ramli. Surat keputusan ini diterima UMM kemarin.
Diterimanya peringkat A, kata Nasrullah, berarti UMM menjadi salah satu perguruan tinggi terkemuka dan unggul yang mendapat hak otonomi makin besar, seperti berhak menyeleksi proposal penelitian dari civitas academica UMM ke Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi serta berhak mendapat dana-dana hibah khusus bagi perguruan tinggi berakreditasi A, seperti dana hibah dari Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, Kementerian Dalam Negeri, dan Kementerian Riset dan Teknologi.

jurusan

        Biologi adalah ilmu yang mempelajari mengenai makhluk hidup dan hubungan makhluk hidup dengan lingkungannya. Biologi merupakan salah satu dari 3 natural sains yang diajarkan di sekolah-sekolah menengah (fisika, kimia, biologi). Sekarang ini, biologi berkembang sangat pesat dan keberadaannya mutlak diperlukan dalam perkembangan teknologi sejak berbagai penemuan seperti genetika, bioteknologi, mikrobiologi, dan obat-obatan herbal. Ditambah lagi isu-isu mengenai “pemanasan global” mulai menyentuh bidang ekologi dan konservasi alam. Kesimpulannya, bisa saya katakan lulusan-lulusan biologi akan sangat diperlukan di masa yang akan datan


Keterangan: Biologi berdiri dibawah naungan Fakultas MIPA atau di beberapa universitas berdiri di fakultasnya sendiri (Fakultas Biologi). Biologi di universitas memfokuskan kepada studi mengenai hewan dan tumbuhan sementara studi mengenai manusia lebih diarahkan pada kedokteran dan psikologi. Jurusan ini memiliki 2 peminatan diantaranya adalah peminatan ke hewan (zoologi) dan peminatan ke tumbuhan (botani). Jurusan ini mempelajari diantaranya adalah bioteknologi, botani, zoologi, histologi, evolusi, bahkan paleontologi.Lulusan dari jurusan biologi akan mendapatkan gelar Sarjana Sains (S.Si).
Prospek Kerja: Di luar negeri, jurusan biologi adalah jurusan yang sangat populer dan memberikan prospek yang besar dan lulusannya bisa terjun ke banyak bidang. Di Indonesia sendiri lulusan biologi bisa masuk ke bidang penelitian (LIPI, Inhutani, Perhutani), bidang konservasi dan perlindungan alam, bidang pendidikan (dosen dan guru), juga bidang industri seperti industri makanan fermentasi, industri perkebunan, industri pertanian dan kehutanan.
Modal Utama: Memiliki rasa senang dengan makhluk hidup (hewan dan tumbuhan), juga senang dengan kegiatan outdoor karena banyak meneliti mengenai perkembangan hewan dan perkembangan tumbuhan. Disamping itu, juga banyak kegiatan laboratorium yang membutuhkan ketelitian dan kehati-hatian yang tinggi karena sebagian besar kegiatan laboratorium menggunakan mikroskop. Banyak istilah-istilah penting yang digunakan sehingga daya ingat yang baik juga penting di jurusan ini. http://joevaryanwords.wordpress.com/2009/07/29/pembahasan-jurusan-jurusan-biologi-di- universitas/